Pembacaan cerpen Jusuf Fitroh oleh Natasya Pazha. Cerpen ini bercerita tentang seseorang yang sedang menerjemahkan bulan puasa pula hari rayanya.
Selamat menikmati.
Gala Nestapa
Jika untuk bertemu saja
Aku harus melumat seribu luka
Betapa kejamnya penantian
Betapa jahanam kerinduan
Jika untuk mengadu saja
Aku harus disenggama oleh Angkara
Berapa lama sukma menggila
Betapa renta gulana diredam sengsara
Jika untuk bersastra saja
Aku harus direkah mega-mega
Harus aku pandai asmagarama di mata Arjuna
Aku adalah sang perindu
Menjadi abu kala tabah menunggu
Natasya Pazha
Menjadi sari dari putihnya kalbu Begitu suci laiknya genangan muara biru Boleh lagi kulihat sementara Sebuah tindakan yang kuperbuat demi apa-apa Dari keinginan yang menggebu dan enggan melepaskan semu
Seperti kunang-kunang saat mengepakkan terbang Terlihat seperti bunga-bunga salju di musim panas waktu malam Indah karena pancarannya Pesonanya membara, perangai cinta
Saat itu kau di sana Menari-nari mengusik dilema Menentang rasa untuk menjumpai bahagia di hari selanjutnya Tak pernah kusangka Sedekat embun pada sejuk ketika disapamu dalam ketenangan
Kujumpai rasa ingin memiliki Sekadar menghibur diri dari peliknya kisah hati Tak kumulai sedikit pun Hingga tak pernah sekali pun kuakhiri Sampai pada ujung dari rasa itu membuatku menjauh pergi
Bintik mutiara pada keningmu Ayunan irama lagu pada merdu suaramu Menjadi pelipur kala diri sedang bersedih Ketika terkenang pernah bermimpi bersanding hingga nanti Ijen, 22 F 2019 ___ Pertama kali diunggah di seloki.com
Pembacaan puisi ini bisa dinikmati di kanal Youtube yang dibacakan oleh Iffa Fatehah di sini